Dari selembar kertas, kreativitas bisa terasah. Para ibu bisa memanfaatkannya untuk membuat mainan anak. Selain ramah buat kantong, kertas ramah lingkungan juga.
***
“Itu kardus mau diapain?” tanyaku pada Embak yang sibuk menata karton-karton kardus di pojokan ruangan.
“Mau dibuat mainan Rayya,” katanya.
Keningku berkernyit. Repot-repot amat, pikirku.
Embak lalu meraih gawainya dan mulai sibuk berselancar di dunia maya. Rupanya ia sedang mencari-cari inspirasi mainan dari bahan kardus untuk anaknya, Rayya. Ia berniat membuat sebuah mesin kasir.
Keesokan harinya, kagetlah saya, sebuah mesin kasir dari kardus sudah terduduk manis di samping lemari pakaian. Wow! Siapa yang bikin?
“Bundalah,” jawab Embak. Ia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan ‘bunda’.
Rayya yang baru bangun langsung duduk di hadapan mesin kasir itu. Rambut bocah tiga tahun itu masih acak-acakan. Mukanya masih muka bantal tapi sorot matanya sudah menampakkan ketertarikan.
“Nanti kita main ini ya, Kak,” kata embak pada putri sulungnya itu, “Kakak mau beli apa, sini Bunda yang jadi kasirnya.”
Hahaha.. saya kagum pada embak. Ini emaknya yang memang senang bikin-bikin atau anaknya yang memang minta dibikinin. Mungkin, kalau diubek-ubek, mainan mesin kasir itu sudah ada di pasaran tapi ya… harus merogoh kocek dulu. Kalau bikin sendiri seperti ini kan jadi lebih hemat di kantong.

Lagipula, mainan dari kardus itu tampak lebih unik dan, yang paling penting, aman bagi anak-anak. Kita tidak perlu khawatir mainan itu pecah. Kalau pecah, ibu mana yang tidak risau pecahannya bisa kena ke anak-anak.
“Mesin kasir ini bisa melatih sensor anak, Onti,” jelas embak, “Rayya jadi bisa belajar mengenal angka dan berhitung.”
Mesin kasir itu memang dilengkapi tombol-tombol angka seperti layaknya kalkulator. Tombol-tombol itu tentu juga terbuat dari kardus. Embak juga menyertainya dengan uang mainan yang bisa digunakan untuk jual-beli pura-pura. Saya membuatkan Rayya kantong belanjaan dari kertas.
Rayya tampak senang sekali. Hampir setiap hari, ia bermain jual-beli dengan teman-temannya. Kalau tak ada teman, ia menyeret tangan saya untuk bermain bersama.
“Onti yang jadi mbak (penjual)-nya, Kakak (Rayya) yang beli-nya,” ujarnya sambil menyerahkan mesin kasir itu pada saya.
Jadi, sekarang, kalau ada kardus-kardus alat elektronik atau air mineral, saya selalu menyimpannya. Piranti bahan untuk mainan Rayya.
***
Sejak memiliki anak, embak hobi membuat mainan. Bahan-bahannya sangat sederhana. Apa yang ada di rumah saja. Itulah mengapa, hampir semua mainan Rayya terbuat dari kertas. Di rumah memang banyak kertas. Mulai dari kertas lipat, kertas HVS, kertas karton, hingga kertas bekas kalender. Oh, betapa sedetik pun hidup kita tidak bisa lepas dari kertas.
Yang paling sering ia gunakan itu kertas HVS. Ia bisa membuat mainan sederhana dari kertas putih itu. Ia bisa membuat aneka gambar di atas kertas itu.
Suatu ketika, ia mengajar Rayya mengenal huruf abjad. Ia membuat gambar ikan yang besar di sebuah kertas HVS. Lalu menulis kata “FISH” besar di atasnya. Tugas Rayya memberi warna dan menempelkan kapas bulat di badan ikan tersebut. Sembari Rayya menyelesaikan tugas itu, Embak akan mengenalkan huruf F sebagai huruf yang mengawali kata Fish itu. Embak akan mengucapkan kata ‘fish’ dan meminta Rayya untuk mengulangi perkataannya.

Konsep ini bagi saya wow sekali. Dari sebuah kertas, terbitlah sebuah kreativitas yang bisa membuat anak cerdas.
Begitu seringnya ia membuat mainan dari bahan kertas HVS, ia pun segera me-restock kalau kertas HVS itu habis. Belinya langsung satu rim.
***
Kalau disuruh beli kertas, biasanya saya memilih kertas PaperOne. Kenapa? Soalnya kemasannya lebih eye-catching. Hehehe…
Namun, rupanya, di balik kertas ini ada proses pembuatan yang super-duper rumit. Bukan sekedar mengolahnya dari batang pohon, tetapi bahkan lebih jauh dari itu: pembibitan. Kertas ini sudah bersertifikat PEFC. Sertifikat itu untuk memastikan bahwa PaperOne dihasilkan dari perkebunan yang dikelola secara berkelanjutan.
Adalah APRIL Group, perusahaan yang membuat kertas PaperOne tersebut. APRIL Group yang memiliki kepanjangan dari Asia Pasific Resources International Limited itu berdiri pertama kali pada tahun 1973. Pendirinya, Sukanto Tanoto.
Grup APRIL ini mengembangkan sayapnya di Indonesia pertama kali pada tahun 1993. Pengembangannya ditandai dengan pembangunan perkebunan di Riau, Sumatera dan pembangunan pabrik di Pelalawan Kerinci. Produksi bubur kertas komersialnya dimulai pada tahun 1995 dan resmi memproduksi kertas pada tahun 1998.
APRIL Group, dalam perjalanannya, tidak hanya melulu berfokus pada hasil produksi komersialnya. Perusahaan itu menaruh minat yang besar untuk pemberdayaan masyarakat setempat dan, terutama, lahan hutan yang digunakan untuk pembibitan. Setelah satu dekade pertama, tahun 2003, APRIL Group menerbitkan Laporan Berkelanjutan perusahaan. Isinya, inisiatif pengembangan masyarakat beserta komitmennya untuk operasional kehutanan yang berkelanjutan.

Komitmen itu diwujudkan di tahun-tahun berikutnya. Ini terbukti, pada tahun 2006, APRIL Group ikut menandatangani Prinsip-Prinsip Perjanjian Global PBB. Pada tahun itu pula, PT Riau Andalan Pulp & Paper (PT RAPP), anak perusahaan dari APRIL Group, mendapat sertifikasi untuk Pengelolaan Hutan Tanaman Berkelanjutan berdasarkan standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI).
Ada 1 juta hektare lahan yang dialokasikan pemerintah Indonesia untuk APRIL Group dan 480.000 hektare dari luas lahan tersebut disisihkan untuk perkebunan berkelanjutan. Berkelanjutan itu maksudnya, untuk membentuk hutan tanaman terbarukan generasi ketiga dan keempat dari yang pertama kali ditanam tahun 1993 silam. Sisa lahan di konsesi tersebut juga disisihkan untuk konservasi dan restorasi ekosistem.

Konservasi
Pada tahun 2005, APRIL Grup menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang melindungi dan mengidentifikasi lahan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF). Hingga saat ini, APRIL Group masih mempertahankan 250.000 hektare lahan HCVF tersebut. Pada tahun 2013, APRIL Group mendirikan Restorasi Ekosistem Riau. Program senilai 10 juta USD ini untuk memperbaharui 20.265 hektare lahan hutan terdegradasi di Semenanjung Kampar, Sumatera.
Reboisasi
Reboisasi ini mengacu pada penanaman pohon kembali, baik di hutan yang masih ada maupun di hutan-hutan yang sudah gundul. Lebih dari 130juta pohon yang ditanam setiap tahunnya. Bibitnya berasal dari tiga kebun pembibitan milik sendiri yang bisa menghasilkan hingga 200juta bibit setiap tahunnya.
Teknologi Ramah Lingkungan
APRIL Group menerapkan teknologi yang ramah lingkungan dalam proses produksinya. Sehingga, kelestarian alam dan lingkungan tetap terjaga. Faktanya, secara global, industri kertas telah mengurangi konsumsi air tahunan hingga lebih dari 14% melalui sirkulasi air yang efisien.
Hmmm… Salut juga ya. Jadi nggak salah nih kalau pilih kertas PaperOne. []
note:
Tulisan ini berhasil memenangkan Blog Review Competition #worldchallenge8 gelaran The Fascinating World of Forestry. Alhamdulillah.
Comments
Wow kreatif ya bundanya Rayya.
Baru tau tuh tentang April Group.
Author
Kalau kertas PaperOne sering liat kan kak…
selain mengasah kreativitas, memanfaatkan kertas kertas bekas otomatis menghemat penggunaan kertas juga ya. Untung emaknya kreatif hehe
Author
Iya, bisa menghemat kertas juga kak. Meskipun memang, kertas juga jadi bahan yang bisa didaur ulang..
mungkin dengan cara berkreasi dengan kertas, bisa mengurangi kecanduan anak2 pada gadget ya…
jadi terinspirasi ni buat sesuatu dari kardus juga..
Author
Iya kak. bebikinan dari kardus gitu anak-anak juga suka kok.
Anakku jg suka main pke kertas. PaperOne bisa jadi pilihan, nih..
Author
suka bikin apa kak?
Wow kreatif banget mama Rayya… ayo Wen, jgn mau kalah ama si embak.
Waaah paper one kan kertas wajib di kantor..
Author
hahahaha. yang mau dibikinin juga belum ada kak…
Wah kreatif banget ya Mbaknya Wenceu. Aku pengen sih sebenarnya bikin-bikin beginian tapi terkadang lupa haha.
Author
memang harus menyediakan waktu luang sih teh. kadang udah capek abis kerja dan anak gak minta dibikinin, dia juga milih tidur. eh.. hehehe
Kreatif eh si emak…. Di rmh juga pakai paper one… Duo crucils gak bisa hidup tanpa kertas, setiap menit menggambar. Emaknya cuma mantau… Hahaha
Author
meskipun bisa juga gambar-gambar di gadget, tapi lebih berasa ‘ngegambar’nya kalau di kertas ya mbak…
Kreatif banget ya.bisa ditiru nih
Saya beli kertas 1 rim tuk digambar fitry aja.
Sy blm berkreasi hihihi
Author
silakan dicoba uni…
Wah beneran deh kreatif banget. Saya juga suka nih kalau mainan kertas- kertas. Hehehe
Author
perlu diasah tu, kak, bakat bermain kertasnya.. bakal bermanfaat untuk berinteraksi dengan anak-anak..
Wah kece mbak, bagus tulisannya, pantas menang
Author
terimakasih kak…
jadi tersipu saya…